
Oleh karena itu melahirkan manusia unggul jangan disalahpahami hanya
dengan pengertian lulus dengan prestasi cumlaude, meloloskan siswa-siswa
berprestasi yang mampu merengkuh juara olimpiade fisika, matematika, atau
kimia, akan tetapi menjadi manusia unggul bisa dimiliki oleh siapa saja yang
mampu menemukan dan mengelola kekuatan diri menuju keunggulan yang lebih
(surplus), yaitu dengan menemukan dan menajamkan potensi kekuatan/keunggulannya
sehingga dengan kelebihan itu bisa menghasilkan sesuatu yang lebih (surplus)
daripada orang lain umumnya.
Betapa banyak orang yang cukup memiliki potensi untuk mendapatkan
kemuliaan, tetapi ternyata tidak bisa menjadi manusia unggul. Factor
penyebabnya tiada lain karena belum tersampaikan ilmunya sehingga orang
tersebut tidak mengetahui tahap-tahap apa yang perlu dilakukannya.
Steven R. Covey, Penulis buku Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat
Efektif, punya pengalaman ini. Ia mempunyai harapan sosial yang terlalu muluk
untuk salah satu anaknya yang ternyata berkemampuan fisik dan mental dibawah
rata-rata. Tapi ia gagal ketika memaksakan keinginannya itu pada anaknya.
Yang ia lakukan kemudian adalah mengubah
visinya tentang anaknya tumbuh sesuai dengan alur kemampuannya. Ternyata itulah
jalan yang membuat anaknya mencapai prestasi besar. Dari pengalaman ini,
janganlah men-setting diri sekedar sesuai dengan keinginan semata, apalagi
menuruti keinginan orang lain, tapi setting-lah diri sesuai dengan
kemampuan/kelebihan kita (kekuatan diri)
Ungkap Hamzah Farid, S.Pd. AUD. dalam sambutannya pada hari penutupan
Khataman Hadist Sunan Ibnu Majah 3 yang di gelar DPD LDII Kota Tanjungpinang 28
Februari 2014 di masjid Hidayatullah Tanjungpinang. hf
FOTHO
BERSAMA DENGAN PARA PENGURUS
DEWAN
GURU DAN DEWAN PENASEHAT DPD LDII KOTA TANJUNGPINANG KEPRI
PHOTO BERSAMA DEWAN PENASEHAT DPD LDII KOTA TANJUNGPINANG
No comments:
Post a Comment